Pengalaman Harian Menggunakan Hyundai Ioniq 5: Mobil Listrik yang Bukan Sekadar Tren
Pengalaman Nyata Mengendarai Hyundai Ioniq 5 di Jakarta-Bogor
updateoto.web.id - Mengulas mobil listrik tak bisa hanya berdasarkan spesifikasi teknis atau hasil test drive 10 menit di sekitar showroom. Untuk benar-benar memahami performa dan kenyamanannya, perlu ada pengalaman langsung dalam penggunaan harian. Inilah yang saya lakukan: menggunakan Hyundai Ioniq 5 selama dua minggu penuh dalam aktivitas rutin saya, dari rumah di Jakarta Selatan ke kantor di Bogor, termasuk akhir pekan bersama keluarga.
Rute yang saya tempuh setiap hari adalah sejauh 54 km sekali jalan melalui tol Jagorawi. Di sepanjang rute ini, saya menjumpai berbagai kondisi jalan: mulai dari kemacetan dalam kota, tanjakan panjang, tikungan cepat, hingga jalan beton kasar di pinggiran kota. Pengalaman ini membantu saya benar-benar menguji kemampuan Ioniq 5 secara utuh, tidak sekadar dari sisi "canggih" seperti yang banyak dibahas orang.
Performa Akselerasi yang Mengesankan di Jalan Tol
Salah satu hal yang langsung terasa saat pertama menginjak pedal gas adalah akselerasi instan. Saya menggunakan mode “Sport” saat berada di tanjakan panjang KM 28 Tol Jagorawi. Dalam kondisi mobil terisi 4 penumpang, Ioniq 5 tetap responsif tanpa hentakan. Tidak ada jeda seperti yang biasa dirasakan pada mobil konvensional saat kick-down. Ini sangat membantu saat ingin menyalip truk besar atau saat butuh respon cepat.
Yang membuat saya kagum adalah bagaimana mobil ini tetap stabil meski berakselerasi di tikungan panjang. Sistem distribusi bobot yang merata karena baterai diletakkan di bawah lantai benar-benar terasa pengaruhnya.
Pengisian Daya: Praktis tapi Perlu Perencanaan
Saya sempat mencoba SPKLU PLN di Lenteng Agung untuk menguji kecepatan pengisian dayanya. Dengan kondisi baterai 20%, pengisian hingga 80% menggunakan fast charging 100kW memakan waktu 18 menit. Itu waktu yang sangat bisa ditoleransi, apalagi jika kita manfaatkan sambil sarapan atau bekerja ringan di mobil. Namun, ini hanya ideal jika tidak ada antrean.
Saya juga melakukan pengisian semalam di rumah menggunakan charger 7kW. Untuk pengisian dari 30% ke 100%, dibutuhkan sekitar 6,5 jam. Solusi idealnya memang kombinasi: rumah sebagai basis pengisian utama, SPKLU untuk kebutuhan mendesak. Artinya, memiliki mobil listrik masih memerlukan sedikit perencanaan logistik, apalagi jika sering bepergian jauh.
Fitur Regeneratif Braking yang Nyaman di Perkotaan
Satu fitur yang benar-benar saya rasakan manfaatnya adalah regenerative braking. Di dalam kota, fitur ini membuat pengalaman berkendara jauh lebih santai. Begitu saya angkat kaki dari pedal gas, mobil melambat secara halus, seolah “membaca niat” saya. Saya hampir tidak perlu menggunakan pedal rem saat mengemudi stop-and-go di daerah Tebet dan Pancoran.
Fitur ini juga sangat terasa saat hujan deras di malam hari. Rem regeneratif terasa lebih aman karena mobil melambat bertahap, mengurangi risiko selip. Bagi saya yang membawa anak kecil, kenyamanan seperti ini menjadi nilai tambah yang tidak bisa ditemukan di mobil konvensional.
Kenyamanan Kabin dan Keheningan yang Bikin Betah
Jika Anda pernah menyetir mobil bensin di Jakarta yang macet sambil mendengar suara klakson atau mesin mobil lain, Anda pasti tahu betapa stresnya itu. Dengan Ioniq 5, pengalaman berkendara menjadi jauh lebih tenang. Kabin mobil ini sangat kedap suara, apalagi saat saya melewati beton kasar di dekat Cibubur.
Anak saya yang berusia 4 tahun tetap bisa tidur nyenyak di kursi belakang meski melewati jalan bergelombang. Suspensinya empuk namun tetap stabil, tidak seperti mobil listrik murah lain yang cenderung keras karena bobot baterai yang besar.
Fitur ventilated seat dan ambient light juga membuat pengalaman malam hari terasa lebih premium. Tidak hanya sekadar teknologi, tapi benar-benar menunjang kenyamanan pengguna sehari-hari.
Otomotif Listrik: Bukan Lagi Masa Depan, Tapi Sekarang
Dulu orang berpikir bahwa otomotif listrik adalah tren yang belum waktunya diterapkan di Indonesia. Namun, setelah saya menggunakan Ioniq 5 secara langsung, jelas bahwa mobil listrik bukan sekadar masa depan — tapi pilihan logis masa kini, setidaknya untuk kebutuhan dalam kota dan antar kota jarak menengah.
Dengan ekosistem yang terus berkembang, terutama SPKLU yang makin banyak di rest area, dan insentif pemerintah berupa pemotongan pajak, kendaraan listrik kini makin relevan. Saya juga mulai memperhatikan bahwa di parkiran mall besar seperti AEON dan Gandaria City, tersedia spot parkir khusus EV dengan charging gratis.
Industri otomotif listrik di Indonesia tidak lagi diam. Saat saya menulis artikel ini, berbagai pabrikan mulai berlomba membawa varian listrik mereka, dari BYD, Wuling, hingga Nissan dan bahkan Chery. Ini menunjukkan bahwa transisi ke energi ramah lingkungan bukan sekadar kampanye, tapi sedang benar-benar terjadi.
Kesimpulan dari Pengalaman Saya
Tanpa harus mengejar buzzword atau membahas sisi teknis berlebihan, pengalaman saya membuktikan bahwa Hyundai Ioniq 5 adalah kendaraan yang bisa diandalkan sehari-hari. Bukan hanya keren secara tampilan atau punya fitur-fitur futuristik, tetapi ia juga memberikan nilai nyata dalam penggunaan harian: hemat, nyaman, senyap, dan minim emisi.
Apakah mobil listrik cocok untuk semua orang? Belum tentu. Tapi jika Anda termasuk yang memiliki akses ke colokan di rumah, rute harian yang tidak terlalu jauh, dan ingin kendaraan yang minim perawatan, maka Ioniq 5 — atau mobil listrik sejenis — sangat layak dipertimbangkan.

